
Istilah doping cukup familiar di dunia olahraga. Doping merupakan zat terlarang yang dikonsumsi oleh atlet untuk meningkatkan performanya. Biasanya, zat yang ditemukan doping antara lain seperti steroid dan testosteron.
Tujuan penggunaan doping umumnya untuk meningkatkan kekuatan, massa otot, dan berat badan tanpa lemak. Meski begitu, penggunaan doping sangat tidak dianjurkan oleh dunia kesehatan. Harga Emas Perhiasan Hari ini Turun 5 November 2024, Sebelumnya Sentuh Harga Tertinggi dalam Sejarah
Hal ini pula yang disampaikan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr. Andhika Raspati. Nyatanya ada bahaya jangka panjang yang menanti jika konsumsi doping berlebihan. "Sebenarnya dalam tubuh kita kan sudah ada keseimbangannya (steroid dan testosteron).
Alhasil, kalau misalnya kita merusak keseimbangan itu, maka efek sama ini bisa muncul," ungkapnya pada konferensi pers di Jakarta, Jumat (6/9/2024). "Contoh, pada laki laki, kalau kebanyakan dikasih steroid, maka dia bisa tumbuh payudara, ginakomastia sebutannya. Bisa juga menimbulkan kemandulan," lanjutnya. Kelainan seperti di atas muncul karena keseimbangan hormon di dalam tubuh terganggu akibat konsumsi doping.
"Seharusnya beneran muncul (ada dalam tubuh) begitu ada di steroid (doping) ini masuk, dia jadi kayak, ah, gue gak usah muncul lagi deh. Padahal yang mau muncul ini, dia penting banget buat fertilitas (kesuburan)," paparnya. Selain itu, steroid juga kadang bisa merusak jantung. Sehingga tidak mengherankan jika ada yang aktif berolahraga di usia muda, namun meninggal karena masalah jantung.
Oleh karena itu, dokter tidak menyarankan untuk menggunakan doping. "Ada yang bilang, tapi kita kan dosisnya benar gitu. Ya olahraga mau ngapain sih? Tubuh mau sehat kan? Artinya udah natural aja, gak usah begitu gituan," pungkasnya. Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.